Jumat, 09 September 2011

10 Negara Paling Tercemar Dunia

1. Chernobyl, Ukraina
Chernobyl adalah kota di utara Ukraina rumah bagi bencana Chernobyl tahun 1986, yang terburuk kecelakaan PLTN dalam sejarah. Sekali rumah bagi lebih dari 14.000 penduduk, sebagian besar kota tetap tidak berpenghuni dan tidak aman saat ini disebabkan oleh kontaminasi radioaktif luas.

2. Linfen, Cina
Linfen memiliki lebih banyak polusi udara dari kota-kota lain di dunia. Duduk di jantung batubara Cina sabuk, asap dan jelaga dari polutan industri dan mobil menghitamkan udara di semua jam. Dikatakan bahwa jika Anda menggantung cucian Anda di sini, itu akan berubah hitam sebelum mengering

3. Pasifik Utara Pilin

Sebuah pulau dari sampah dua kali ukuran Texas mengapung di tengah-tengah Samudera Pasifik, diedarkan oleh arus Pasifik Utara pilin. Tempat sampah, yang sebagian besar terdiri dari sampah plastik, mengapung sedalam 30 kaki di bawah permukaan.

4. Rondônia, Brasil

Rondônia adalah sebuah negara di barat laut Brasil, bersama dengan negara-negara bagian Mato Grosso dan Pará, adalah salah satu daerah yang paling gundul dari hutan hujan Amazon. Ribuan hektar hutan telah diiris dan dibakar di sini, terutama untuk memberikan ruang bagi peternakan.

5. Sungai Yamuna, India

Yamuna adalah anak sungai terbesar Sungai Gangga. Mana mengalir melalui Delhi, itu diperkirakan bahwa 58 persen dari sampah kota langsung dicampakkan ke dalam sungai. Jutaan orang India masih mengandalkan keruh ini, kotoran-penuh air untuk mencuci, pembuangan limbah dan air minum.

6. La Oroya, Peru
La Oroya adalah pertambangan tertutup jelaga kota di Pegunungan Andes, Peru. Sembilan puluh sembilan persen dari anak-anak yang tinggal di sini memiliki tingkat darah yang melebihi batas yang dapat diterima untuk keracunan timbal, yang dapat langsung dihubungkan ke smelter milik Amerika yang telah mencemari kota sejak 1922.

7. Danau Karachay, Rusia

Menurut sebuah laporan oleh Worldwatch Institute di limbah nuklir, Karachay adalah tempat yang paling tercemar di Bumi. Ini digunakan oleh Uni Soviet sebagai situs dumping nuklir, dan sekarang tingkat radiasi di sini sangat tinggi sehingga itu cukup untuk memberikan dosis yang mematikan setelah hanya satu jam pemaparan.

8. Haiti

Haiti bangsa ini pernah 60 persen tertutup hutan. Hari ini, hanya 2 persen dari negara masih memiliki pohon-pohon berdiri. Gambar ini menunjukkan udara perbatasan antara Haiti (kiri) dan Republik Dominika (kanan). Haiti telah membersihkan hampir setiap pohon sampai ke perbatasannya.

9. Kabwe, Zambia
Memimpin dan cadmium merendam perbukitan Kabwe setelah puluhan tahun pertambangan dan pengolahan. Anak-anak di sini telah menyebabkan konsentrasi lima hingga 10 kali yang diperbolehkan US Environmental Protection Agency level, dan tanah begitu terkontaminasi bahwa tidak ada yang dapat tumbuh.

10. Appalachia, West Virginia

Gunung penghapusan pertambangan adalah salah satu dunia yang paling merusak lingkungan praktik, dan hal ini sangat berhubungan dengan pertambangan batubara di West Virginia's Appalachian Mountains. Seluruh puncak gunung dikeluarkan untuk sampai ke batubara, yang meningkatkan erosi dan limpasan tebal dengan polutan, keracunan sungai dan sungai di seluruh wilayah.

Selasa, 06 September 2011

Buaya Raksasa Sepanjang 6,4 Meter Berhasil Ditangkap di Filipina

Seekor buaya raksasa berhasil ditangkap di Filipina. Buaya sepanjang 6,4 meter itu ditangkap di sungai kecil di Bunawan, Provinsi Agusan del Sur, Filipina.



Buaya seberat 1.075 kilogram tersebut berhasil ditangkap hidup-hidup setelah petugas memasang jebakan untuk menangkap hewan tersebut. Reuters/Stringer.




Penangkapan buaya raksasa itu disambut gembira oleh warga setempat. Sebabnya, binatang jumbo itu diyakini bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap manusia dan hewan-hewan lain.

Minum Air Got Trend Baru di Amerika Serikat


Minum Air Got Trend Baru di Amerika Serikat - Kekeringan di barat Amerika Serikat (AS) membuat banyak kota di negera adidaya itu mengikuti tren meminum air got. Hal ini seperti "menyalurkan toilet ke keran rumah". 

Foto Ilustrasi
Big Spring, Texas, AS, membangun pengilangan air limbah menjadi air minum senilai US$13 juta (Rp111 miliar) pada awal tahun depan. Pengilangan ini akan menghasilkan 7.570.823 liter air minum sehari dari air limbah rumah tangga.

Menurut para ahli, pengilangan semacam ini bukanlah hal baru. “Pengilangan ini sangat alami dan menjadi solusi efektif ketika tak ada sumber daya lain tersedia,” ujar profesor teknik sipil dan lingkungan David Sedlak di University of California, Berkeley.

"Kami mengakui populasi Negara ini bergerak ke barat dan seiring perubahan iklim terus berlanjut mengurangi pasokan air, hal ini akan menjadi masalah yang makin penting," lanjutnya.

Pengilangan Texas akan menyediakan air minum Big Spring dan tiga komunitas terdekat, Stanton, Midland dan Odessa.

“Hal ini membuat kita bisa menggunakan 100% air yang ada,” ujar GM Colorado River Municipal Water District John Grant.

Menurutnya seperti dikutip UPI, repon warga pada air ini mulai dari ‘saya tak akan minum air ini’ hingga ‘mengapa tak melakukan hal ini lebih cepat?

Sumber: inilah.com

Senin, 05 September 2011

Lapisan Ozon Menipis!

Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, para ilmuwan sangat khawatir ketika mereka menemukan bahwa bahan kimia kloro fluoro karbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, memengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner. Pada awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut. Keadaan yang dinamakan lubang ozon (suatu area ozon tipis pada lapisan ozon) ini, terbentuk saat musim semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase ozon secara keseluruhan di Antartika sebenarnya terus menurun. Penerbangan-penerbangan yang dilakukan untuk meneliti hal ini juga memberikan hasil yang sama.

UPAYA INDONESIA

Indonesia telah menjadi negara yang turut menandatangani Konvensi Vienna maupun Protokol Montreal sejak ditetapkannya Keputusan Presiden No 23 Tahun 1992. Berdasarkan Keputusan Presiden itu, Indonesia juga punya kewajiban untuk melaksanakan program perlindungan lapisan ozon (BPO) secara bertahap.
Secara nasional Indonesia telah menetapkan komitmen untuk menghapus penggunaan BPO (Bahan Perusak Lapisan Ozon) pada akhir tahun 2007, termasuk menghapus penggunaan freon dalam alat pendingin pada tahun 2007. Untuk mencapai target penghapusan CFC pada tahun 2007, Indonesia telah menyelenggarakan beberapa program. Dana untuk program penghapusan CFC diperoleh dalam bentuk hibah dari Dana Multilateral Montreal Protocol (MLF), di mana UNDP menjadi salah satu lembaga pelaksana. Dengan dukungan dari UNDP, Indonesia telah melaksanakan 29 proyek investasi tersendiri di sektor busa dan 14 proyek investasi tersendiri di sektor pendinginan.
Pekerjaan di kedua sektor ini telah membantu mengurangi produksi CFC Indonesia sebanyak 498 ton metrik dan 117 ton metrik di masing-masing sektor.
Memang timbulnya penipisan lapisan ozon ini dipicu dari tingginya pemakaian CFC oleh negara-negara maju beberapa dekade yang lalu, namun guna menormalkan kembali kondisi ozon ini diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak. Baik negara maju maupun negara berkembang yang saat ini masih menginginkan penggunaan zat kimia buatan manusia tersebut dalam industrinya perlu melakukan tindakan yang diperlukan. Tindakan yang dapat kita lakukan saat ini demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi dari sinar UV ini. Untuk itu, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila tidak, maka proses penipisan ozon akan semakin meningkat dan mungkin saja akan menyebabkan lapisan ini tidak dapat dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.

Apabila proses pemanasan global akibat menipisnya lapisan ozon ini terus dibiarkan, selain kerugian dari sisi kesehatan, umat manusia juga akan mengalami kerugian materil. Diperkirakan, dalam satu dekade ke depan kerugian yang akan diderita umat manusia mencapai 7 triliun US$, atau sekitar Rp 63.000 triliun, jika pemerintahan di seluruh dunia tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mencegah pemanasan global ini. Hitung-hitungan kerugian ekonomi akibat pemanasan global itu dilansir oleh Sir Nicholas Stern, mantan Ketua Ahli Ekonomi Bank Dunia setelah melakukan penelitian mengenai masalah ini. Untuk itu, Stern, mengingatkan agar dunia menggalang kerja sama internasional dalam upaya mencegah dampak buruk pemanasan global ini.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Lapisan_ozon
http://ozonsilampari.wordpress.com/2008/01/30/lapisan-ozon-menipis-akibat-pemakaian-cfc-clorofluorocarbonbagian-ii/
http://onan-kost.blogspot.com/2010/05/menipisnya-lapisan-ozon-ancaman-bagi.html